Momen Tak Terlupakan Anak SD Pinggiran Era 80-an

Aku tampan sudah sejak SD dan itu fakta
Mungkin tidak semua orang, tetapi kurasa hampir kebanyakan orang mempunyai kenangan yang tak terlupakan di masa sekolah dasarnya. Diantara kenangan tersebut ada kekonyolan, keisengan ataupun kecerdasan-kecerdasan lain yang masih sangat natural tentunya.

Sekolah Dasar (SD)

Seragam anak SD umumnya adalah atas putih dan bawahnya merah. Menurut beberapa sumber, warna putih dan merah adalah warna yang bermakna energi serta semangat tinggi. Warna tersebut juga mengekspresikan keceriaan. Aku yang SDnya sejak tahun 1984 sudah menggunakan seragam berwarna putih merah, itulah sejarah penggunaan warna putih merah yang kuketahui.

Rata-rata usia standar masuk SD adalah 6 hingga 7 tahun. Kalaupun ada yang usianya lebih awal itu adalah pengecualian, mungkin itu dikarenakan mereka itu abnormal he..he..

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa masa belajar untuk S1 adalah 4 tahun dan D3 adalah 3 tahun, ternyata masa belajar di tingkat SD itu beragam ada yang 6 hingga 9 tahun. Alhamdulillah aku mengambil SD yang 6 tahun, dan kawan ambil yang berapa tahun?

Momen Legend Anak SD Pinggiran Era 1980-an

Bagi kawan yang dahulu SDnya di pinggiran mungkin juga pernah mengalami momen-momen ini. Dan kurasa beberapa momen tersebut kini telah punah, yah tentunya setiap era mempunyai kekhasannya masing-masing demikian pula lokasinya, SD perkotaan tentunya juga mempunyai kekhasan yang berbeda dengan SD pedesaan atau pelosok negeri.

Berikut adalah beberapa momen yang tak terlupakan anak SD pinggiran di era Meiji (baca: 1980-an  he..he..):
  1. Masalah terberat adalah PR matematika. Meski aku tak merasakannya tapi dari yang kulihat pada kawan-kawanku kurasa ada benarnya. Matematika menjadi lebih horor lagi saat gurunya killer (eh jadi ragu, anak SD sudah kenal istilah killer belum yah?). Dan itu menjadi semakin horor jika guru tersebut adalah guru kelas kita yang selalu menjadi guru kelas kita di setiap level kelas. Alhamdulillah aku tak merasakannya, maklum aku kan juara kelas ... he..he..
  2. Kulit asli, itulah sepatu anak SD saat itu. Jika anak SD sekarang mengenakan sepatu berbahan kanvas ataupun bahan sintetik lainnya, anak SD era 1980-an sudah mengenakan sepatu kulit asli lho dan bahkan kulitnya adalah kulit manusia. Bagi anak SD era 1980-an sepatu masih menjadi barang langka dan sekolah juga belum begitu mewajibkan siswanya untuk bersepatu. Banyak anak SD terutama awal tahun 1980-an yang masih "nyeker" saat bersekolah. Meski jalan kerikil berbatu sekalipun, tak terasa menyakitkan kaki.
  3. Cepat dan tepat, pulang gasik. Pernah tidak memenangkan kuis ini saat jam akhir sekolah? Pasti senangnya bukan main, meski setelah diijinkan pulangpun tak lantas pulang tetapi "nonton" teman-teman lain yang masih ada di dalam kelas.
  4. Eh, dicacar sakit lho. Demikian "mitos" yang tersebar diantara anak SD masa itu. Imunisasi atau anak SD masa itu menyebutknya "dicacar" adalah sesuatu yang cukup horor. Dan kehororannya dikuatkan dengan mitos yang sudah tersebar dari generasi ke generasi. Suasana sekolah bakal berubah mencekam ketika ada petugas kesehatan dari Puskesmas yang datang ke sekolah dan akan berubah seketika saat petugas tersebut terlihat meninggalkan sekolah.
  5. Pernah tidak dihukum "menggontor" tolilet guru? Kalau aku pernah, gara-garanya adalah aku bolos sekolah. Jika kuingat kembali setidaknya saat SD aku pernah bolos sekolah sebanyak dua kali. Ya maklumlah orang cerdas memang terkadang beda dengan orang kebanyakan. he..he..
  6. Memori daun pisang tak kan terlupakan. He..he.. sedikit dangdut nih, pernah dengar lirik lagu dangdut itu belum? Jika hujan dan tak ada payung (ataupun ada payung namun malas untuk membawanya), maka daun pisang adalah menjadi pilihan utama. Otomatis, pemandangan sekolah menjadi penuh dengan daun pisang.
  7. Horee ... Pak Guru rapat!! Belum juga sampai di sekolah (karena masuk agak siang), eh bertemu dengan teman lain yang berlarian sekuat tenaga dari sekolah sambil berteriak "Balik gasik !!!!". Langsunglah saja nasi didaun pisang yang belum habis kubuang sambil balik dan ikut teriak berlarian "Horee ... Pak Guru rapat!!"
Nah itu dulu saja yah, masih banyak lainnya namun lain kali saja OK! Jika kawan juga mempunyai kenangan masa SD, boleh dong dibagi.

Kisahku yang lain: Sandalku balik. (afn)

4 Comments

Terimakasih telah menyempatkan diri untuk mampir di blogku ini, dan aku akan sangat berterima kasih jika tulisanku dalam blog ini dikomentari

  1. Mantap sekali ceritanya,tdk beda jauh dgn apa yang ak alami...cmn bedanya wkt sd ak udah mengenal cinta dikarenakan ketampanan ak y sudah melegenda hanya dengan menggunakan minyak rambut orangaring dan Brisk, salah satu merk y cukup fenomenal di zaman itu.akan tetapi ketampanan itu sudah sirna karena ketatnya persaingan minyak rambut. HAhaha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Brarti ceritanya dah play boy atau minimal tebar pesona sejak SD nih. ha..ha.. mksh komentarnya. Ayo blognya dilanjutkan lagi

      Delete
  2. Ceritanya mengalir.

    Sekolah tanpa alas kaki??
    Ambil batu kecil, colekkan ke aspal yang meleleh kena panas matahari, lalu tempelkan batu kecil ke telapak kaki bagian belakang. Imajinasinya melayang...merasa bersepatu jinjit, jalan theklak theklik

    ReplyDelete

Post a Comment

Terimakasih telah menyempatkan diri untuk mampir di blogku ini, dan aku akan sangat berterima kasih jika tulisanku dalam blog ini dikomentari

Post a Comment

Previous Post Next Post