Kumpulan RT

Pengurus Rukun Tetangga (RT) di tempatku
Masihkah kita mengingat pelajaran PKn atau mungkin pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dahulu? Untuk kawan yang lahirnya tahun 2000-an mungkin tak mengenal pelajaran PMP, semoga suatu saat nanti aku akan bercerita tentang pelajaran PMP, tentunya bagian yang paling mengesankannya.

Dua pelajaran tersebut adalah diantara sekian pelajaran di sekolah-sekolah negeri ini yang mengajarkan tentang moral atau akhlaq kita dalam kehidupan bersosial ataupun bernegara. Saat pelajaran itu mungkin kawan pernah mendengar ungkapan yang mungkin juga cukup melegenda yaitu "Manusia adalah makhluk sosial". Dipicu rasa penasaran tentang asal mula ungkapan itu, iseng kucari di Google, ternyata ungkapan itu adalah bernisbat pada "si mbah"-ku yaitu Aristoteles. Kata mbahku itu manusia adalah zoon politikon yang kurang lebih bermakna hewan bermasyarakat (sosial). (Jadi tahu, ternyata politicon adalah bermakna bermasyarakat. Sedang Pak Dhe Adam Smith menurut sumber yang kubaca mengatakan bahwa manusia adalah Homo Homini Socius yang bermakna manusia adalah sahabat bagi manusia lainnya.

Manusia adalah Zoon Politicon

Membaca makna ucapannya mbah Aristoteles itu aku jadi berandai-andai, jika saja saat itu sudah ada media sosial semacam Facebook, Twitter, Instagram dll mungkin ungkapan zoon politicon akan sedikit berbeda (he..he.. kira-kira apa yah?).

Banyak ungkapan-ungkapan yang menguatkan pentingnya bermasyarakat. Bagi seorang muslim mungkin pernah mendengar hal-hal berikut:
"Manusia diciptakan berbangsa-bangsa serta bersuku-suku agar mereka saling mengenal ... " (Al Qur'an)
"... dan urusan mereka dimusyawarahkan diantara mereka ..." (Al Qur'an)
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya" (Al Hadits)
Dalam Pancasila juga terdapat kandungan makna yang menegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat. Lantas mengapa kita menjadi berubah? (agak serius nih ...)

Pengakuan Dosaku

Entah perlu diperjelas ataukah tidak, aku adalah termasuk anggota masyarakat RT-ku yang paling "tak gaul". Lha wong sudah jelas ya tak perlu diperjelas lah ntar tambah ngeton-ngetoni. Dan ndilalah tempat tinggalku sedikit terpisah dengan warga RT lainnya, yaitu terpisah beberapa petak sawah (meski aku tak sendirian).

Diantaranya adalah sering ketinggalan informasi bila ada tetangga yang sakit, ketinggalan informasi jika ada acara kerja bhakti dan banyak lainnya. Jujur aku merasa malu pada warga RT yang lain. Terakhir kumpulan RT saja aku sudah absen dua kali. Benar-benar ngisin-ngisini.

Kumpulan RT-ku Malam ini

He..he.. alhamdulillah kumpulan RT malam ini aku tak absen (yeeay makhluk sosial dong..!!), kalau sampai absen pastinya aku akan menjadi super kebangetan, lha kumpulan RT di samping rumah kok sampai tak hadir. Kumpulan RT malam ini adalah kumpulan RT ketiga setelah dua kumpulan sebelumnya aku absen alias tak berangkat kumpulan. Tapi jujur nih ya, dua kumpulan yang aku tak berangkat itu bukannya karena aku sengaja lho ... tapi karena lupa. 

Oh iya, kumpulan RT di tempatku diadakan setiap 35 hari sekali atau di tempatku menggunakan istilah selapan dinanan. Kumpulan RT di tempatku adalah setiap malam Selasa Kliwon, nah tahu kan sekarang mengapa diadakan 35 hari sekali?

Jujur model kumpulan setiap 35 hari sekali sedikit menyusahkanku untuk mengingatnya, meski harusnya lupa tak bisa dijadikan alasan, bukankah sekarang ada handphone yang bisa dijadikan sebagai reminder atau alarm. Jika di kampung halamanku, kumpulan RT diadakan setiap sebulan sekali yaitu pada malam minggu terakhir setiap bulannya.

Bagiku kumpulan RT adalah menjadi salah satu tempat silaturahimku dengan tetangga-tetanggaku. Hal itu karena tidak semua warga sholat berjamaah di mushala yang sama. Sebenarnya jika boleh sedikit egois (he..he..) banyak pembahasan-pembahasan dalam kumpulan RT tersebut yang aku tak nyambung, lha gimana mau nyambung apa aku harus membahas tentang pengajaran sekolah (ha..ha..) Termasuk pembahasan kumpulan RT-ku malam ini, mau tahu? Nih dia diantara materi pembahasannya:
  1. Upah tandur (tanam padi) sesuai kesepakatan BPD adalah sebesar minimal Rp 40.000,-. Alhamdulillah, siapa tahu nanti ada yang nyuruh aku tandur. Jika ada yang hendak memberikan upah di atas nominal itu, kelebihannya harus dengan ikrar yang berbeda, maksudnya bukan sebagai upah misalkan sebagai hadiah atau apa lah terserah.
  2. Tarif traktor untuk setiap 100 ubinnya adalah sebesar Rp. 120.000,-. Wah bisa diprospek nih untuk membuka usaha pertraktoran, hayo siapa mau investasi?
  3. Peringatan untuk lebih berhati-hati pada banyak modus penipuan. Misal modusnya adalah pura-pura memeriksa keamanan tabung gas, so kita harus lebih berhati-hati. Tiba-tiba terbersit ide, bisa juga nih dijadikan modus bagi kawan-kawan yang masih  jomblo agar bisa PDKT sama gebetan ataupun camer. Boleh dicoba nih, jangan lupa share kisahnya ya?
  4. Awas demam berdarah. Dengan kondisi musim yang seperti ini yaitu banyak hujan, perkembangan nyamuk penyebab demam berdarah sangat cepat. Dan beberapa saat kemarin sudah ada satu warga RT-ku yang terserang penyakit ini. Wuih, harus waspada nih.
Dan beberapa pembahasan lainnya. Oh ya mungkin kawan tertarik untuk membaca kisahku tentang momen SD yang legend.

Ditunggu kisah kalian yah!! (afn)

Terimakasih telah menyempatkan diri untuk mampir di blogku ini, dan aku akan sangat berterima kasih jika tulisanku dalam blog ini dikomentari

Post a Comment

Terimakasih telah menyempatkan diri untuk mampir di blogku ini, dan aku akan sangat berterima kasih jika tulisanku dalam blog ini dikomentari

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post