Bergunakah Kita?

Aku dan Sahabat
Tergerak dari pertanyaan pada diri sendiri tentang "Adakah dalam diriku yang bisa dijadikan sebagai teladan?" iseng aku tanyakan pada seorang kawan dengan pertanyaan tersebut. Sebelumnya aku mengakui pada diriku bahwa aku bukanlah seorang kiai ataupun ustadz guru ngaji yang pada umumnya sering memberikan nasihat pada orang lain. Aku adalah orang biasa saja yang sering melakukan salah dan lupa.

Bolehkah Mencari Kelebihan Diri Sendiri?

Dalam hal-hal tertentu boleh-boleh saja mencari kelebihan atau mungkin dalam bentuk lainnya adalah kebaikan-kebaikan yang ada dalam diri kita. Tentunya hal tersebut harus dihubungkan dengan niatnya. Bukankah amal-amal manusia itu sangat bergantung pada niatnya? Yah memang ungkapan itu juga memerlukan penafsiran lagi, setidaknya itu adalah menurutku.

Dibolehkan mencari kelebihan-kelebihan kita diantaranya adalah untuk tujuan:
  1. Agar lebih bisa mensyukuri nikmat yang sudah kita terima. Banyak terjadi kita terlalu banyak mengeluh atas apapun yang menimpa pada diri kita, padahal jika kita menyempatkan diri untuk melihat kelebihan-kelebihan kita, maka kita akan tersadar akan betapa banyaknya kelebihan-kelebihan itu.
  2. Memberikan teladan bagi orang lain. Ada beberapa orang yang sulit untuk dinasihati. Beberapa orang baru terketuk hatinya ketika ada contoh-contoh nyata yang dapat ia lihat secara langsung
  3. Membangkitkan motivasi ataupun rasa kepercayaan diri. Bukan berniat untuk ujub (kagum pada diri sendiri) ataupun takabur (sombong), karena jika sudah seperti itu harusnya kita ingat bahwa tak ada satupun dalam diri kita yang pantas untuk kita kagumi.
Sekali lagi bukan untuk mengagumi diri sendiri yang pada ujungnya akan menimbulkan sifat sombong. Perhatikanlah sudah banyak sejarah kisah orang-orang yang sombong dan diujung kisahnya petakalah yang menimpa orang-orang itu.

Tak Ada Sesuatu yang Diciptakan Tak Berguna

Begitulah diantara jawaban kawanku. Bahkan ia menyebutkan "Bahkan belatungpun ada gunanya". Terkait dengan adakah sesuatu dalam diri manusia yang dapat dijadikan teladan, maka siapapun manusianya entah di mata manusia ia terlihat baik ataupun tidak, di dalam dirinya akanlah ada teladan.

Jika kita sedikit melihat sejarah, siapa yang tidak mengenal tokoh Qarun pada zaman Nabi Musa a.s. Qarun dikisahkan pada akhir hayatnya tertimpa petaka akibat dari kesombongannya. Dan jika dihubungkan dengan keteladanan, maka dalam kisah Qarun kita dapat mengambil teladan ataupun ibrah bahwa tak selayaknya manusia menyombongkan diri atas banyaknya harta yang sudah ia dapatkan. Harta benda bukanlah milik mutlak manusia, ia hanyalah titipan dari pencipta yang diantaranya sebagai akibat dari usaha ataupun jerih payah yang sudah ia lakukan.

Yah, insyaallah dalam diriku ada teladan dan aku berharap itu adalah teladan yang baik meski aku susah untuk menemukannya sendiri dalam diriku. (afn)

1 Comments

Terimakasih telah menyempatkan diri untuk mampir di blogku ini, dan aku akan sangat berterima kasih jika tulisanku dalam blog ini dikomentari

Post a Comment

Terimakasih telah menyempatkan diri untuk mampir di blogku ini, dan aku akan sangat berterima kasih jika tulisanku dalam blog ini dikomentari

Post a Comment

Previous Post Next Post