Yah Nyinyiir lagi


"Assalaamu'alaikum!"salamku kepada seorang wanita penghuni rumah
"Wa'alaikum salam" balasnya
"Bapak ada?"
"oh sebentar pak, silakan duduk dulu pak" jawab wanita itu dan setelahnya bergegas masuk ke dalam rumah untuk memanggil suaminya dan tak seberapa lama kemudian suami wanita tadi telah bersamaku

"Assalamu'alaikum"
kuawali dengan mengucapkan salam
"Waalikum salam, silakan masuk"
"Di teras saja tak apa, tentu jika diijinkan, saya hanya ada keperluan sebentar kok"
"Oh iya, tak apa silakan duduk"

Kulanjutkan menyampaikan keperluanku setelah kami sama-sama duduk di kursi teras rumah si bapak

"Jadi begini pak, setelah saya cari-cari akhirnya alhamdulillah kartu taninya ketemu. Dan ini saya serahkan kepada bapak, barangkali hendak dugunakan untuk orang lain. Tapi kartunya belum saya aktifkan"

(Kartu tani sejauh yang saya ketahui adalah salah satu wujud program kerja Gubernur Jawa Tengah dalam usaha memajukan pertanian di daerahnya. Penggunaan kartu tani konon diantaranya adalah untuk membeli pupuk bersubsidi dari pemerintah - Wallohu a'lam)

"Oh iya mas" jawab si bapak tadi dengan ekspresi memikirkan sesuatu dan sambil menerima kartu yang aku serahkan beserta buku tabungan serta form pengaktifan buku tabungan simpedes.

Memang sejak aku mendapatkan kartu tani tersebut, kartunya belum pernah aku aktifkan. Dahulu dipesankan kepadaku agar aku mengaktifkannya di BRI Kecamatan, tapi karena aku merasa tak membutuhkannya sehingga memang sengaja tidak aku aktifkan. Sudah terlalu banyak kartu, pikirku saat itu

Ringkas cerita, menurut yang disampaikan si bapak tersebut bahwa penggunaan kartu tani yang telah diaktifkan, telah diprogramkan pemerintah baru akan dilaksanakan pada Bulan Januari tahun 2021, yang itu berarti bulan berikutnya. Dan pembelian pupuk pada bulan saat ini adalah belum menggunakan kartu tani. Pembagian atau pembelian pupuk bersubsidi yang difasilitasi oleh pemerintahan desa adalah berdasarkan data lahan garapan yang tercatat pada gabungan kelompok tani (Gapoktan).

"Iya mas, jadi untuk bulan ini pembelian pupuk bersubsidi belum menggunakan kartu tani dan kabarnya baru akan dilakukan bulan Januari 2021. jadi monggo kartunya njenengan simpan saja, siapa tahu suatu saat nanti njenengan membutuhkannya"

"He..he.. kan saya sudah tidak punya garapan sawah lagi pak, sawah saya yang belakan itu sudah saya uruk dan saya jadikan lahan kering"

"Oh, apa njenengan sudah tidak menggarap sawah lagi?" tanya si bapak

"Ya sudah, tidak apa-apa njenengan simpan saja. Karena aturannya yang bisa menggunakan kartu tani itu adalah pemiliknya, jadi tak bisa digunakan oleh orang lain. Begitulah keputusan rapat gapoktan semalam" sambung si bapak

"Oh begitu ya, ya sudah. Tapi ngomong-ngomong ya pak. Dulu, katanya pupuk bersubsidi hanya bisa dibeli hanya jika membawa kartu tani, dan membelinyapun tidak bisa di sembarang tempat yaitu hanya di tempat yang sudah ditentukan untuk setiap area, tapi nyatanya kemarin orang masih bisa membeli pupuk bersubsidi tanpa menggunakan kartu tani ... jangan-jangan kita hanya ditakut-takuti oleh si pembuat kebijakan" sanggahku

Jika aku pikir kembali, sebenarnya sanggahanku tersebut lebih sekedar hanya untuk basa-basi sekedar agar silaturahminya sedikit bisa lebih lama

"Yaa itu saya persilakan bagaimana orang mau mepersepsikannya, aturannya adanya begitu dan memang begitu yang disampaikan ke saya. Njenengan mau mempersepsikannya berbeda ya monggo" jawab si bapak dengan ekspresi datar dan tatapan memandang ke halaman

Aku pancing dengan senyum candaan kecil dan si bapak hanya membalasnya dengan senyum yang menurutkan lebih kecil dari yang saya harapkan. Semua itu aku tujukan hanya untu mencairkan suasana sebelum aku memohon pamit.

Jika boleh jujur, sebenarnya jawaban terakhir si bapak lengkap dengan senyum kecil dan ekspresinya, bagiku adalah sebuah skakmat. Dalam hati aku merenung dan berfikir, "betapa nyinyirnya aku dan selalu nyinyir pada kebanyakan kebijakan-kebijakan publik yang ada di sekitarku". Mengapa aku sering memiliki persepsi nyinyir sebagai tanggapan pertama pada kebijakan-kebijakan itu. Apa sih susahnya untuk menerimanya dengan persepsi yang terbuka, meski mungkin pada akhirnya menjadi objek penderita dan merasa terzalimi.

Ku ucapkan dalam hati, "ini adalah pelajaran pertama di hari ini, aku akan berusaha untuk mengingat serta menerapkannya sebisaku pada kehidupanku selanjutnya. ya minimal adalah kehidupanku di hari ini". Aku berharap semoga sifat nyinyirku ini bukanlah bawaan orok, sehingga mungkin akan butuh usaha yang lebih lagi untuk meminimalkannya

Anggap saja si bapak sangat jujur dan selalu sami'na wa ato'na pada kebijakan-kebijakan publik untuk kebaikan masyarakat. Kulanjutkan perenunganku sambil mengendarai motor untuk balik ke rumahku "jangan terlalu banyak baca atau lihat publikasi media-media itu, sehingga aku akan selalu nyinyir" meski mungkin ya tidak ada hubungannya dengan media. Media massa juga memberitakan kabar-kabar baik dan kebajikan, meski menurutku karena nila setitik, bisa rusaklah susu sebelanga. Dan bau-bauan yang kotor akan lebih mudah melekat di pakaian serta ingatan daripada bau-bauan yang baik, meski yang baik itu tulus

Terimakasih telah menyempatkan diri untuk mampir di blogku ini, dan aku akan sangat berterima kasih jika tulisanku dalam blog ini dikomentari

Post a Comment

Terimakasih telah menyempatkan diri untuk mampir di blogku ini, dan aku akan sangat berterima kasih jika tulisanku dalam blog ini dikomentari

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post