Pria Kecil Yang Sok Idealis - Bagian 3 Kisah Usangku Gagal UMPTN 1997

Gambar dari www.pixabay.com

Pria Kecil yang Sok Idealis

"Aku lebih suka mereka menerimaku setelah mereka mengujiku...".

Mereka yang aku maksudkan adalah PTN-PTN. Itulah yang aku katakan ketika kakak serta saudara-saudaraku bertanya padaku mengapa aku tak mengikuti seleksi masuk PTN lewat jalur prestasi (kalau tidak salah namanya adalah Jalur PMDK). Jujur, sebenarnya hatiku juga masih meragukan kesungguhan jawabanku.

Hari itu Jum'at sore minggu kedua bulan ketiga dan tepat tiga tahun sebelum masuk milenium ketiga, kakak kandungku yang sedang menimba ilmu di PTN pulang. Saat itu memang sudah jadwalnya kakak kandungku itu untuk pulang. Kakak kandungku selalu pulang paling tidak sebulan sekali dan biasanya akan pulang pada hari Jum'at sore dan berangkat lagi pada hari Ahad paginya.

Aku cukup mengagumi kakak kandungku meski saat itu antara aku dan kakak kandungku sudah jarang bertegur. Dan mungkin hal itu disebabkan karena kekagumanku padanya. Pernah suatu ketika saat aku masih duduk di bangku kelas satu SMA aku ditanya oleh salah seorang guruku "Kakakmu diterima di PTN ya? ambil jurusan apa?" begitu pertanyaan guruku. "Ya Pak, jurusan Akuntansi" jawabku dengan penuh kebanggaan dan kekaguman. Ya begitulah caraku mengekspresikan kekaguman.

"Ini ada brosur pendaftaran kuliah jalur prestasi, kalau kamu mau besok ikutlah aku dan kamu bisa minta ijin tidak bisa mengikuti tes beberapa hari. Insyaalloh pasti akan diijinkan, karena untuk keperluan ndaftar kuliah" begitu kata kakak kandungku.

"Oh iya .." begitu jawabku,

Pendek bukan? namun penuh kekaguman dan kebanggaan padanya.

Malam itu brosur kertas HVS putih yang kalau tak salah ukurannya adalah kuarto dan isinya adalah tentang pendaftaran kuliah di PTN melalui jalur prestasi kubaca dan kubolak-balik berulang2. Dalam hatiku ada rasa keinginan (meski jujur saat itu aku masih kabur dengan cita-citaku), namun juga ada rasa takut. Lho ... kok takut? Ya, ada rasa takut di dalam hatiku yang diantaranya adalah takut jika tidak diterima, bukankah akan menjadi malu jika tidak diterima .... padahal aku kan selalu peringkat satu.

Rasa takut lainnya adalah pada bayangan penderitaan di perjalanan yang akan ku alami. Oh ya ... hingga usiaku saat itu, aku masih menjadi seorang pemabok jalan. he...he.... Jangankan bus ataupun minibus jurusan kecamatan - kota kabupatenku, naik mobil Suzuki Carry saja pasti aku akan mabok.

(Sedikit kisah SD, saat aku mewakili Kecamatanku lomba Matematika di Kota Kabupatenku. Masih kuingat betul tempatnya adalah di sebuah SD dekat alun2 Kota Kabupatenku. Habislah darahku saat itu entah kemana. Pucat pasi mungkin yang terlihat pada wajahku karena pusing tak hanya tujuh keliling dan telah kehabisan tenaga, karena mabok. Aku dan rombongan wakil kecamatanku berangkat bersama naik mobil yang kalau tidak salah adalah mobil Suzuki Carry warna merah. Akhirnya ya ... bagaimana mau nyambung dengan rumus Phitagoras de el el .....)

"Nah .... kalau aku ndaftar akan berapa kantong plastik ....? ah ... tidak" batinku.

Dan juga takut andaikan aku diterima nanti, ternyata aku akan tak mampu mengikuti materi2nya...

Begitulah akhirnya kukatakan "Aku lebih suka mereka menerimaku setelah mereka mengujiku..." sebagai jawaban atas pertanyaan orangtua, saudara, tetangga dan orang-orang yang mengenalku tentang alasan mengapa aku memilih tak mengikuti seleksi masuk PTN lewat jalur prestasi.

Bukankah pantas seandainya aku meragukan kesungguhan jawabanku seperti sudah aku ceritakan di awal?

Terimakasih telah menyempatkan diri untuk mampir di blogku ini, dan aku akan sangat berterima kasih jika tulisanku dalam blog ini dikomentari

Post a Comment

Terimakasih telah menyempatkan diri untuk mampir di blogku ini, dan aku akan sangat berterima kasih jika tulisanku dalam blog ini dikomentari

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post